Nilai
mungkin adalah sesuatu hal yang diagungkan oleh sebagian orang-orang yang
sedang menyandang ilmu dipelbagai lapisan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata nilai memiliki banyak arti, salah satunya adalah harga, banyak sedikitnya
isi; kadar; dan mutu. Sederhananya, nilai itu berarti sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Dan nilai itu
dipandang sebagai sesuatu yang berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Dalam
proses akademik, nilai menjadi suatu tolak ukur bagi mereka dalam menempuh
jenjang pendidikan formal. Dari mulai tingkat bawah, seperti SD dilanjutkan SMP
dan SMA, hingga bangku perkuliahan, nilai memiliki artian yang sangat penting.
Selain untuk melanjutkan jenjang pendidikan, nilai yang berupa ijazah pun
menjadi patokan akan kualitas pendidikan seseorang.
Salah
satunya adalah mereka yang duduk dibangku perkuliahan. Mahasiswa mana yang tak
ingin menyelesaikan jenjang perkuliahannya dengan tepat waktu, sekitar empat
tahun. Bahkan kalau bisa kurang dari itu dan mampu mendapatkan nilai yang
sempurna. Namun tidak bisa kita pungkiri lagi, nyatanya mahasiswa dibuat lupa
dengan nilai-nilai yang berupa angka dan huruf dalam selembar kertas. Boleh
jadi hal ini adalah salah satu akibat dari tatanan bangsa kita yang cenderung
selalu menjungjung sebuah nilai melalui ijazah.
Tak
sedikit bagi mereka, para mahasiswa yang ingin mendapatkan nilai dengan
predikat cum laude menghalalkan
segala cara, tanpa memperdulikan kualitas ilmu yang mereka miliki. Alih-alih
hal ini terjadi karena fasilitas dan teknologi yang ada. Hingga mahasiswa
dibuat terlena olehnya. Serba instant, serba mudah, menjadi bagian dari
kehidupan mereka. Dan akhirnya mereka lupa, atas status yang disandangnya
sebagai agent of change.
Islam
memiliki pandangan sendiri yang amat luar biasa dalam menilai orang-orang yang
berilmu. Bukan orang-orang yang memiliki nilai berupa angka dan huruf atas ilmu
tersebut, namun bagi mereka yang memiliki pemahaman atas ilmu yang mereka
miliki. Banyak ayat Al-Qur’an ataupun hadis yang menyinggung hal tersebut.
Salah satunya adalah keterangan hadis yang menyebutkan “lebih baik dua
rakaatnya seseorang yang berilmu, daripada seribu rakaatnya orang yang bodoh”
bahkan adapula keterangan yang menyebutkan jika tidurnya orang berilmu lebih
baik daripada orang bodoh. Betapa hebatnya orang yang berilmu itu dipandang. Bahkan
dalam hal terkecilnya sekalipun begitu sangat dihargai.
Nampaknya
pengagungan atas nilai tersebut harus segera diluruskan, karena yang terpenting
dalam proses menuntut ilmu itu bukan sebuah nilai, namun sejauh mana kita memiliki
pemahaman tentang ilmu-ilmu tersebut. Dan mereka pun hampir lupa, jika rentetan
nilai bukan menjadi sebuah tolak ukur untuk mencapai sebuah keberhasilan.
Seharusnya ilmu yang menjadi prioritas utama, bukan nilai. Karena secara
logika, seseorang yang memiliki pemahaman atas ilmunya, maka nilai pun akan
pada dasarnya berada digenggaman mereka.
Seyogyanya,
kita sebagai mahasiswa yang memiliki peranan penting dalam tatanan bangsa,
harus peka terhadap lingkungannya sendiri. Bukan hanya mementingkan diri sendiri
demi memperoleh nilai akademik yang memuaskan. Sedangkan dalam aspek sosial dan
pembangunan mereka memperoleh nilai nol besar. Mahasiswa dituntut menjadi
pribadi yang peka terhadap lingkungannya. Baik didalam maupun diluar kampus.
Karena hal inilah yang memiliki bobot nilai besar dibandingkan hanya
berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai akademik yang baik selama proses
perkuliahan saja.
Hal
tersebut dapat tercermin dalam kepekaan mahasiswa terhadap pemerintahan.
Setidaknya dalam tatanan pemerintahan kampusnya sendiri. Syukur-syukur jika
mereka peka dan ikut aktif atas persoalan yang terjadi dalam bangsa kita ini.
Seharusnya kita mengingat dan menilik beberapa tahun kebelakang, tepatnya
ketika zaman rezim otoriter Presiden Soeharto. Mereka mampu menggulingkan
Soeharto untuk turun dari jabatannya. Betapa hebatnya peranan mahasiswa, atas
status yang mereka miliki, mereka mampu menggulingkan penguasa nomor satu di
Negara kita ini.
Disadari
atau tidak, bangsa kita menarauh harapan yang amat besar terhadap mereka yang
menyandang status sebagai mahasiswa. Meski sebagian orang memandang mahasiswa
dengan sebelah mata, namun kita tetap memiliki tugas untuk ikut serta membangun
Negara ini. Keteguhan dan pantang menyerah menjadi salah satu prioritas dalam
pembangunan karakter dan jati diri.
Terkait
pembangunan karakter ini, kejujuran pun harus diutamakan. Dalam hal ini, semua
elemen masyarakat sejak usia dini harus mulai dikenalkan dan diajari untuk
berbicara kebenaran. Prioritas selanjutnya adalah menumbuhkan rasa bertanggung
jawab. Yang menjadi penekanan dalam poin ini adalah melakukan segala sesuatu
dengan serius, bertanggung jawab, tidak bergantung dan menyalahkan orang lain.
Dan yang tak kalah penting adalah mengenai disiplin diri. Orang disiplin pasti
mampu mengontrol dirinya sendiri serta mampu menghargai keberagaman.
Dan
pada titik inilah, seyogyanya kesadaran atas status sebagai mahasiswa ini
segera kita tanamkan. Bukan nilai angka-angka dan huruf yang harus
diprioritaskan, namun pemahaman ilmu serta keaktifanlahh yang dibutuhkan bagi
mahasiswa yang memiliki tugas sebagai agent of change. Yaitu orang-orang yang diharapkan
harus mampu melakukan perubahan dalam pelbagai aspek yang lebih baik bagi
dirinya sendiri dan bangsa ini.
Terimakasih telah berkunjung
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Related Posts
No comment yet
Mahasiswa dan Nilai
Mahasiswa dan Nilai
I'm on twitt
Popular Posts
-
Hak jawab dan hak tolak wartawan adalah salah satu kewajiban yang dimiliki oleh wartawan atau seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya d...
-
Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syrcuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu dip...
-
Menjadi wartawan di media online itu sangat mudah. Asalkan kita memiliki 9 keterampilan di bawah ini, anda bisa menjadi seorang wartawan di...
-
Siapa sih yang gak kenal sama Gramedia dan Palasari. Untuk para pencinta buku khususnya di Bandung, rasanya kebangetan deh kalo gak kenal s...
-
Bagian depan CIC yang biasa digunakan untuk lokasi parkir CIC, sebuah tempat wisata yang berada di wilayah Bandung ini memang sudah l...
Add your comment below