Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syrcuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu diperintah oleh tiran. Tiran di mana pun dan zaman apa pun, senang menggusur tanah rakyat. Kira-kira tahun 465 SM, rakyat melancarkan revolusi. Diktator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan lagi tanah rakyat kepada pemilik yang sah.
Untuk mengambil haknya, pemilik tanah harus meyakinkan dewan juri di pengadilan dengan pembicaraan. Dan untuk membantu memenangkan hak di pengadilan, Corax menulis makalah tentang teknik kemungkinan yang akhirnya retorika miirip dengan “ilmu silat lidah”.
Disamping teknik tersebut, Coraz meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato kedalam lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Dan disinilah, para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato. Walaupun demokrasi gaya Syracuse tidak bertahan lama, ajaran Corax tetap berpengaruh.
Masih di Pulau Sicilia, hidup Empedocles (490-430), filosof, mistikus, politisi, dan sekaligus orator. Ia cerdas dan menguasai banyak pengetahuan. Sebagai filosof, ia pernah berguru kepada Phytagoras dan menulis The Nature of Things. Menurut Aristoteles, “ia mengajarkan prinsi-prinsip retorika yang kelak di jual Gorgias kepada penduduk Athena”.
Pada tahun 427 Georgias dikirim sebagai duta ke Athena dan berhasil mendirikan sekolah retorika. Georgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromtu dan ia meminta bayaran yang mahal. bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke kota lain. Mereka adalah “dosen-dosen terbang”.
Protogoras menyebut kelompoknya sophistai, “guru kebijaksanaan”. Sejarahwan menyebut mereka kelompok Shopis. Mereka berjasa mengembangkan retorika dan mempopulerkannya. Retorika bagi mereka bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika.
Abad ke-4 SM adalah abad retorika. Jago-jago pidato muncul di pesta Olimpiade, di gedung perwakilan dan pengadilan. Berbeda dengan Gorgias, Demosthenes mengembangkan gaya bicara yang tidak berbunga-bunga, tetapi jelas dan keras. Dengan cerdik, ia menggabungkan narasi dan argumentasi. Ia juga amat memperhatikan cara penyampaian (delivery). Menurut Will Durant, “ia meletakkan rahasia pidato pada acting (hypocrisies).
Menurut Isocrates, retorika dapat meningkatkan kualitas masyarakat ; bahwa retorika tidak boleh dipisahkan dari politik dan sastra. Retorika menjadi sebuah pelajaran yang elit, hanya untuk mereka yang berbakat. Ia mendirikan sekolah dan banyak risalah yang dianggap warisan yang menakjubkan. Salah satu risalahnya yaitu mengkritik kaum Sophis.
Aristoteles, murid dari Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian retorika klasik, kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric). Ia menyebutkan ada tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, Anda harus menunjukkan kepada khalayak bahwa Ana memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus menyentuk hati khalayak. Dan ketiga Anda meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau kelihatan sebagai bukti.
Selain itu, Aristoteles menyebutkna cara yang efektif untuk mempengaruhi juga adalah entimen dan contoh. Entimen adalah silogisme yang tidak lengkap, tidak unrtuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan. Disebut tidak lengkap karena sebagian premis dihilangkan.
Untuk mengambil haknya, pemilik tanah harus meyakinkan dewan juri di pengadilan dengan pembicaraan. Dan untuk membantu memenangkan hak di pengadilan, Corax menulis makalah tentang teknik kemungkinan yang akhirnya retorika miirip dengan “ilmu silat lidah”.
Disamping teknik tersebut, Coraz meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato kedalam lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Dan disinilah, para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato. Walaupun demokrasi gaya Syracuse tidak bertahan lama, ajaran Corax tetap berpengaruh.
Masih di Pulau Sicilia, hidup Empedocles (490-430), filosof, mistikus, politisi, dan sekaligus orator. Ia cerdas dan menguasai banyak pengetahuan. Sebagai filosof, ia pernah berguru kepada Phytagoras dan menulis The Nature of Things. Menurut Aristoteles, “ia mengajarkan prinsi-prinsip retorika yang kelak di jual Gorgias kepada penduduk Athena”.
Pada tahun 427 Georgias dikirim sebagai duta ke Athena dan berhasil mendirikan sekolah retorika. Georgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromtu dan ia meminta bayaran yang mahal. bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke kota lain. Mereka adalah “dosen-dosen terbang”.
Protogoras menyebut kelompoknya sophistai, “guru kebijaksanaan”. Sejarahwan menyebut mereka kelompok Shopis. Mereka berjasa mengembangkan retorika dan mempopulerkannya. Retorika bagi mereka bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika.
Abad ke-4 SM adalah abad retorika. Jago-jago pidato muncul di pesta Olimpiade, di gedung perwakilan dan pengadilan. Berbeda dengan Gorgias, Demosthenes mengembangkan gaya bicara yang tidak berbunga-bunga, tetapi jelas dan keras. Dengan cerdik, ia menggabungkan narasi dan argumentasi. Ia juga amat memperhatikan cara penyampaian (delivery). Menurut Will Durant, “ia meletakkan rahasia pidato pada acting (hypocrisies).
Menurut Isocrates, retorika dapat meningkatkan kualitas masyarakat ; bahwa retorika tidak boleh dipisahkan dari politik dan sastra. Retorika menjadi sebuah pelajaran yang elit, hanya untuk mereka yang berbakat. Ia mendirikan sekolah dan banyak risalah yang dianggap warisan yang menakjubkan. Salah satu risalahnya yaitu mengkritik kaum Sophis.
Aristoteles, murid dari Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian retorika klasik, kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric). Ia menyebutkan ada tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, Anda harus menunjukkan kepada khalayak bahwa Ana memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus menyentuk hati khalayak. Dan ketiga Anda meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau kelihatan sebagai bukti.
Selain itu, Aristoteles menyebutkna cara yang efektif untuk mempengaruhi juga adalah entimen dan contoh. Entimen adalah silogisme yang tidak lengkap, tidak unrtuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan. Disebut tidak lengkap karena sebagian premis dihilangkan.
- Dispostio (penyusunan), yaitu menyusun pidato dengan mengikuti kebiasaan berpikir manusia. Yaitu, pengantar, argument, dan epilog.
- Elocutio (gaya), yaitu pembicara memilih kata-kata yang tepat, benar, dan dapat diterima.
- Memoria (memori), yaitu mengingat apa yang ingin disampaikannya dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.
- Pronuntiatio (penyampaian), menyampaikannya secara lisan. Disini acting sangat berperan. Harus memperhatikan suara dan gerakan anggota badan.
Retorika Zaman Romawi
Buku Ad Herrenium, yang ditulis dalam bahasa Latin kira-kira 100 SM, hanya mensistematisasikan dengan cara Romawi warisan retorika gaya Yunano. Orang-orang Romawi bahkan hanya mengambil segi-segi praktisnya saja. Walaupun begitu, kekaisaran Romawi bukan saja subur dengan sekolah-sekolah retorika; tetapi juga kaya dengan orator-orator ulung: Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius yang terkenal begitu piawai dalam berpidato.
Kemampuan Hortensius disempurbakan oleh Cicero. Ia menulis banyak filsafat dan lima buah buku retorika. Ia banyak menampilkan gagasan dari Isocrates. Dari tulisannya, Cicero sangat terampil dalam menyederhanakan pembicaraan yang sulit. Bahasa Latinnya mudah dibaca. Melalui penanya, bahasa mengalir deras tetapi indah.
Sepeningga Hortensius, Quintillianus mendirikan sekolah retorika. Ia mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara yang baik. Orator harus mempelajari music, supaya ia memiliki keanggunan dan ritma, drama, untuk menghidupkan kefasihannya dengan gerakan dan tindakan.
Retorika Abad Pertengahan
Abad pertengahan dsebut abad kegelapan, juga buat retorika. Ketika agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliyah. Banyak orang Kristen pada waktu itu yang melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan Romawi, para penyembah berhala.
Satu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru dengan datangnya Nabi yang menyampaikan firman Tuhan. Ia seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang singkat yang mengndung makna padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapannya sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinang air matanya.
Abad pertengahan dsebut abad kegelapan, juga buat retorika. Ketika agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliyah. Banyak orang Kristen pada waktu itu yang melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan Romawi, para penyembah berhala.
Satu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru dengan datangnya Nabi yang menyampaikan firman Tuhan. Ia seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang singkat yang mengndung makna padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapannya sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinang air matanya.
Retorika Modern
Renaissance mengantarkan kepada retorika modern. Yang membangun jembatan, menghubungkan ressainance dengan retorika modern adalah Roger Barcon (1214-1219). Ia bukan saja memperkenalkan metode eksperimental, tetapi juga pentingnya pengetahuan tentang retorika ialah menggunakan rasio dan imajinasi untuk menggerakkan kemauan secara lebih baik”.
Aliran pertama pada masa ini, yang menekankan proses psikologis, dikenal sebagai aliran epistemologis. Epistemologis membahas “teori pengetahuan”, asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia.
Aliran kedua dikenal sebagai gerakan belles letters (tulisan yang indah). Aliran ini sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang mengabaikan segi informatifnya. Tokohnya adalah Hugh Blair (1718-1800). Ia menjelaskan hubungan antara retorika, sastra, dan kritik.
Kedua aliran tersebut memusatkan perhatian mereka pada persiapan pidato. Sedangkan aliran ketiga, disebut gerakan elokusionis yang menekankan teknik penyampaian pidato. Pembicara tidak boleh terlihat melantur, ia harus mengarahkan matanya langsung kepada pendengar dan menjaga ketenangannya.
Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern – khusunya ilmu-ilmu perilakuseperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking. Dibawah ini diperkenalkan sebagian dari tokoh-tokoh retorika mutakhir:
- James A Winans, perintis penggunaan psikologi modern dalam pidatonnya. Dalam bukunya public speaking ia menggunakan teori psikologi dari Wiliam James dan E.B Tichener. Ia mendefinisikan persuasi senagai proses menumbuhkan perhatian yang yang memadai baik dan tidak berbagi terhadap proposisi-proposisi.
- Charles Henry Wollbert, pendiri the Speech Communication Association of America. Psikologi yang mempengaruhi adalah behaviorisme dari Jhon B. Watson. Sehingga ia memandang Speech Communication sebagai ilmu tingkah laku.
- Wiliam Noorwood Brigance, ia menitikberatkan kepada logika dan faktor keinginan sebagai dasar persuasi.
- Alan H. Monroe, dalam bukunya Principles and Types of Speech, ia meneliti proses motivasi. Dan pesan harus disusun berdasar proses berpikir manusia yang disebut motivated sequence.
Sumber :
Rakhmat, Jalaluddin.
2012 Retorika Modern: Pendekatan praktis. Bandung: Rosda
Terimakasih telah berkunjung
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Related Posts
2 comments
Sejarah Perkembangan Retorika
Sejarah Perkembangan Retorika
I'm on twitt
Blog Archive
-
▼
2013
(26)
-
▼
March
(14)
- 9 Keterampilan Wartawan Online
- Gramedia dan Palasari
- Menjadi Wartawan di Citizen Journalism
- Terkenal Melalui Meta Tag
- Menilik Sejarah Melalui Bandung Lautan Onthel
- Semiotika di Media Massa
- Guratan Kisah Lalu
- Modus Hunting Buku
- Kunjungan Rangers
- Selamat Milad BandungOke
- Aku Benci Pernah Berharap
- Lahirnya Jurnalisme Sastrawi
- Tahu yang Tak Mungkin Tahu
- Sejarah Perkembangan Retorika
-
▼
March
(14)
Popular Posts
-
Hak jawab dan hak tolak wartawan adalah salah satu kewajiban yang dimiliki oleh wartawan atau seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya d...
-
Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syrcuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu dip...
-
Menjadi wartawan di media online itu sangat mudah. Asalkan kita memiliki 9 keterampilan di bawah ini, anda bisa menjadi seorang wartawan di...
-
Siapa sih yang gak kenal sama Gramedia dan Palasari. Untuk para pencinta buku khususnya di Bandung, rasanya kebangetan deh kalo gak kenal s...
-
Bagian depan CIC yang biasa digunakan untuk lokasi parkir CIC, sebuah tempat wisata yang berada di wilayah Bandung ini memang sudah l...
yang aku dong pengen dibagusin kayak gini :(((
Hayu att ntar aku bantuin desain bLognya. Kan ada wi-fi skrng mah :D