Sebenarnya aku ingin menulis catatan ini sejak kejadian itu terjadi, namun nampaknya Tuhan tak mengijinkannya. Baru detik ini aku diijinkan untuk menulis hal yang memang sebenarnya tidak terlalu penting. Kejadian ini terjadi hari Minggu kemarin tanggal 30 Desember 2012, satu hari menuju pergantian tahun. Aku dan kakakku Nirra menjadi tokoh utama yang akan aku ceritakan sekarang.
Nirra itu sebenarnya temanku. Namun sudah kuanggap dia sebagai kakak perempuanku. Karena memang, meski kita sama-sama dipertemukan di Suaka, sebuah Lembaga Pers Mahasiswa Kampusku pada tahun 2010, usia kita memanglah berbeda. Ya, lumayan dia dua tahun lebih tua dari usiaku sekarang. Jadi wajarlah, meski ia suka bertindak bodoh seperti teman-temannya yang yang memiliki usia sepertiku ini, ada sisi kedewasan yang ia miliki untuk selalu ia tunjukkan. Dan itulah salah satu alasan aku nyaman berada didekatnya. Dia itu seperti katak yang bisa hidup di dua alam. Alam dia yang lebih tua dariku, dan alam orang-orang seusiaku. Belum lagi dia itu bisa menjelma menjadi dua kepribadian. Kadang-kadang dia itu lebih cocok menjadi seorang pria dan kadang-kadang ia pun bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik dengan penampilannya yang wow. Meski harus terlihat agak dibuat-buat dengan wedgesnya itu. Karena harus aku akui, jika wedgesnya tidak cocok dengan cara berjalan dia yang masculin.
Iya sudahlah, jika aku terus bercerita bagaimana sosok temanku yang satu ini, kapan aku akan menceritakan kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu itu.
Kalo di foto sama aku pasti cantik deh. Ini yang namanya Nirra |
Pagi itu, aku sudah berjanji untuk mengantar Nirra menonton pertunjukkan musik salah satu UKM di Kampusku yang akan dilaksanakan di wilayah Gedebage. Sejak malam, memang aku sudah mengiyakan untuk mengantarnya. Dan ia berjanji akan menjemputku ke rumah jam 10 siang.
Namun nyatanya, entah aku terlalu rajin atau bagaimana, Nirra tak kunjung datang. Ia telat hampir satu jam. Bayangkan, aku harus menunggu sosoknya dengan pakaian yang sudah rapi dan cantik. Sedikit aku menggerutu dan terpaksa terus mengirim pesan agar dia cepat sampai ke rumahku.
Dan akhinya ia pun sampai di depan rumah untuk menjemputku. Karena udara siang itu sangatlah panas, dan aku memiliki keyakinan untuk tidak hujan, aku memutuskan untuk tidak menggunakan jaket. Hanya bermodalkan kemeja, tas kamera, dan sandal yang aku pakai. Karena aku tahu, perjalanan yang akan aku tempuh bersama Nirra itu tidak terlalu jauh. Hanya beberapa menit saja aku akan segera sampai ke wilayah Gedebage.
Tanpa kecurigaan sedikitpun, kami menyusuri jalanan menuju Gedebage. Dengan menggunakan mio hitam kesayangan Nirra, kami melaju dengan lumayan kencang. Nirra itu sudah aku sejajarkan dengan laki-laki, ia mampu mengendarai motor dan menyalip dengan kecepatan yang tinggi tanpa rasa takut sedikitpun.
Namun tanpa di duga, kami ternyata harus menelan ludah masing-masing. Acara yang sebelumnya diagendakan ternyata tidak jadi digelar. Pantas saja, tak terlihat kegiatan anak Adam sedikitpun dari Gor semenjak kedatangan kami.
Tanpa pikir panjang, Nirra segera memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke daerah Cimahi atau Lembang. Ia berniat untuk mengunjungi temannya yang berada di Cimahi. Namun nampaknya teman Nirra yang berada di Cimahi itu sedang tidak ada di lokasi. Dan ia pun segera mengajakku untuk pergi ke Lembang. Menurunya, bagaimanapun juga, hari ini kita harus menghabiskan waktu di luar. Mana mungkin aku dan Nirra akan langsung kembali pulang ke rumah masing-masing. Selain di rumah itu membosankan, kita sudah terlanjur pergi dan ijin dari rumah.
Menurutku itu ide yang sedikit gila. Karena bagaimanapun juga, tak ada persiapan sedikitpun yang aku lakukan untuk pergi ke lokasi yang lumayan jauh itu. Ya, setidaknya aku harus memakai sepatu dan jaket. Belum lagi, hari sudah lumayan siang dan jarak dari Gedebage menuju Lembang itu cukup jauh. Selain itu, sudah dipastikan akan terjadi kemacetan karena weekend dan tahun baruan.
Namun ia meyakinkanku, dan tetap mengajakku untuk pergi ke Lembang. Toh, aku hanya akan duduk manis di motor yang ia kendarai. Bukan aku yang harus cape mengendarai motornya. Lantas kami berjalan menyusuri Kota Bandung. Tak ada tujuan yang pasti akan ke Lembang yang mana. Meski sebelumnya kita sempat mengajukan untuk pergi ke CIC dan Curug Cimahi. Namun tak ada yang tahu jalanan yang pasti menuju tempat lokasi itu. Sehingga kami putuskan untuk tetap pergi ke daerah Lembang, meski tak tahu kami akan berhenti dimana.
Jalanan pun terlihat semakin macet, teriknya matahari semakin tajam menusuk kulitku. Keringat semakin terasa tidak menyerap kedalam kemeja yang aku kenakan. Nirra yang menurutku wonder women dengan memiliki dua kepribadian itu, mampu melewati jalanan yang macet dan menyalip kendaraan-kendaraan besar. Belum lagi, jalanan yang kecil dan menanjak itu membuatku semakin ingin cepat sampai ke lokasi mana yang akan kita tuju.
Sebenarnya karena tak ada tujuan yang pasti, Nirra mengajakku untuk melanjutkan perjalanan menuju Subang. Namun belum juga sampai di Subang, aku sudah memberhentikan Nirra agar berhenti di warung-warung pinggir jalan dekat perkebunan teh di daerah Lembang-Subang. Dengan alasan, bokongku sudah pegal dan ingin beristirahat dari perjalanan yang memakan waktu cukup lama itu. Dan akhirnya Nirra pun mengiyakan.
Kami beristirahat di warung itu cukup lama. Karena memang hujan tak memungkinkan kita untuk melakukan perjalanan kembali ataupun untuk sekedar mengambil poto di perkebunan teh. Aku segera memesan ketan bakar dan teh manis hangat untuk aku santap. Sedangkan Nirra memutuskan untuk membeli mie instant dan teh manis hangat. Entah kemasukan setan apa, Nirra memesan kembali mie instan dan teh manis hangat itu untuk yang kedua kalinya. Dengan alasan, menurutnya, daerah dingin itu bikin lapar terus. Huuft, alasan yang klasik memang -_-
Setelah hujan reda, aku segera mengajak Nirra untuk kembali pulang ke Bandung. Karena memang waktu sudah agak sore dan jarak yang akan kami tempuh lumayan memakan banyak waktu. Namun rasanya kami akan menyesal, jika tidak berkeliling didalam perkebunan teh untuk sekedar foto-foto. Dan akhirnya kami pun mencari lokasi yang aman dan strategis untuk menyimpan motor serta mengambil suasana yang nyaman didaerah perkebunan itu.
Meski wajah kucel bin kuleheu, kita masih sempat menunaikan acara foto |
Belum puas memang menikmati keindahan alam didaerah perkebunan itu. Karena sudah jarang rasanya udara yang sejuk dan warna alam yang memanjakan mata ini dapat kami rasakan. Namun karena waktu yang sudah tak memungkinkan, akhirnya kami kembali melakukan perjalanan untuk pulang ke Bandung.
Perjalanan kami, dihabiskan dengan bercerita. Setiap lokasi yang memiliki sejarah dalam kehidupan kita, akan langsung kami ceritakan tanpa diminta. Iya begitulah, nampaknya kita memang sama-sama diciptakan sebagai manusia yang gemar bercerita.
Satu hal lagi, dalam perjalanan menuju rumah, Nirra mengajakku untuk makan pempek favoritnya di daerah Kampus UNIKOM. Tempat pempek yang memang ramai dikunjungi oleh mahasiswa disana. Ternyata, disana banyak kisah yang masih tertinggal untuk tetap dikenang oleh Nirra sampai detik ini. Pantas saja, ia ingin sekali melewati kawasan UNIKOM itu. Padahalkan, masih banyak jalan yang bisa kami tempuh selain jalanan itu. Maklum, aku akui jika kami memang manusia yang diciptakan untuk selalu mengenang sejarah di kehidupan masing-masing.
Sampai akhinya dan singkat cerita, kami pun melanjutkan perjalanan dan akan segera sampai ke rumahku yang berada dikawasan Cibiru. Nirra mengantarku sampai depan rumah. Dia memang kakak yang bertanggung jawab terhadap adiknya. So sweet rasanya, seharian ini kami menghabiskan waktu berduaan. Meski kebanyakan orang, menghabiskan waktu dengan pasangannya masing-masing. Tak apalah, perjalanan yang lumayan mengesankan ko. Dan aku selalu ingat jika Nirra berjanji akan mengajakku untuk berwisata kuliner kembali. Terimakasih kakak Nirra :*
Terimakasih telah berkunjung
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Related Posts
1 comment
Sebait Kisah Bersama Nirra
Sebait Kisah Bersama Nirra
Add your comment
Unknown
Reply
makasih adikku sayang :*
3 January 2013 at 23:14
I'm on twitt
Popular Posts
-
Hak jawab dan hak tolak wartawan adalah salah satu kewajiban yang dimiliki oleh wartawan atau seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya d...
-
Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syrcuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu dip...
-
Menjadi wartawan di media online itu sangat mudah. Asalkan kita memiliki 9 keterampilan di bawah ini, anda bisa menjadi seorang wartawan di...
-
Siapa sih yang gak kenal sama Gramedia dan Palasari. Untuk para pencinta buku khususnya di Bandung, rasanya kebangetan deh kalo gak kenal s...
-
Bagian depan CIC yang biasa digunakan untuk lokasi parkir CIC, sebuah tempat wisata yang berada di wilayah Bandung ini memang sudah l...