Mungkin benar yah dengan istilah ini, Tuhan itu tahu
yang kamu butuhkan, bukan dengan apa yang kamu inginkan.
Malam ini udara begitu dingin. Rasanya udara sudah mulai masuk ke dalam pori-pori kulitku. Dan akhirnya ia mulai merasuki seluruh tubuhku malam ini.
Padahal sebelumnya yang aku tahu, sore tadi hanya ada
sedikit tetesan hujan yang membasahi rumahku. Ia tak begitu besar dan anginnya
pun tak terlalu kencang.
Namun tak apalah, aku memang sudah terjebak diantara angin-angin itu hingga membuatku terjatuh di lubang yang teramat dalam. Aku kira lubang itu dangkal dan aku mampu untuk menambal lubang itu dengan kedua tanganku. Namun nyatanya, tanganku terlalu lemah, ia terluka, dan aku tak mampu menambal lubang itu.
Sebelumnya aku tak sadar jika itu terjadi. Namun kini aku mulai tersadar jika aku ikut tenggelam dalam lubang itu. Meski aku tahu ada tanah dan cangkul untuk membantuku menambalnya. Namun, aku tak mampu. Aku tak cukup banyaak memiliki energi untuk menambalnya. Belum lagi, rasanya aku tak tega jika harus melibatkan tanah yang masih subur itu untuk bersatu dengan lubang kering yang dipenuhi dengan bebatuan terjal ini. Sungguh egois jika aku harus memaksakannya demi kepentinganku.
Ya Tuhan, aku masih saja terjebak diantara lubang-lubang itu. Mengapa Engkau menciptakan angin itu terlalu besar untukku. Aku tak kuat untuk menahannya. Tuhan, seandainya aku tahu sedari dulu, jika permintaanku untuk menyirami rumah dan tanamanku dengan tetesan hujan itu salah dan merugikanku, mungkin aku tak kan memintanya. Aku kira, tak kan ada angin besar yang berbarengan dengan tetesan hujan itu Tuhan. Hingga aku tak mampu untuk menahannya. Maafkan aku Tuhan.
Namun tak apalah, aku memang sudah terjebak diantara angin-angin itu hingga membuatku terjatuh di lubang yang teramat dalam. Aku kira lubang itu dangkal dan aku mampu untuk menambal lubang itu dengan kedua tanganku. Namun nyatanya, tanganku terlalu lemah, ia terluka, dan aku tak mampu menambal lubang itu.
Sebelumnya aku tak sadar jika itu terjadi. Namun kini aku mulai tersadar jika aku ikut tenggelam dalam lubang itu. Meski aku tahu ada tanah dan cangkul untuk membantuku menambalnya. Namun, aku tak mampu. Aku tak cukup banyaak memiliki energi untuk menambalnya. Belum lagi, rasanya aku tak tega jika harus melibatkan tanah yang masih subur itu untuk bersatu dengan lubang kering yang dipenuhi dengan bebatuan terjal ini. Sungguh egois jika aku harus memaksakannya demi kepentinganku.
Ya Tuhan, aku masih saja terjebak diantara lubang-lubang itu. Mengapa Engkau menciptakan angin itu terlalu besar untukku. Aku tak kuat untuk menahannya. Tuhan, seandainya aku tahu sedari dulu, jika permintaanku untuk menyirami rumah dan tanamanku dengan tetesan hujan itu salah dan merugikanku, mungkin aku tak kan memintanya. Aku kira, tak kan ada angin besar yang berbarengan dengan tetesan hujan itu Tuhan. Hingga aku tak mampu untuk menahannya. Maafkan aku Tuhan.
Terimakasih telah berkunjung
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Related Posts
No comment yet
Angin itu !!!
Angin itu !!!
I'm on twitt
Popular Posts
-
Hak jawab dan hak tolak wartawan adalah salah satu kewajiban yang dimiliki oleh wartawan atau seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya d...
-
Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syrcuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu dip...
-
Menjadi wartawan di media online itu sangat mudah. Asalkan kita memiliki 9 keterampilan di bawah ini, anda bisa menjadi seorang wartawan di...
-
Siapa sih yang gak kenal sama Gramedia dan Palasari. Untuk para pencinta buku khususnya di Bandung, rasanya kebangetan deh kalo gak kenal s...
-
Bagian depan CIC yang biasa digunakan untuk lokasi parkir CIC, sebuah tempat wisata yang berada di wilayah Bandung ini memang sudah l...
Add your comment below