Beberapa hari yang lalu saya baru beres membaca buku Jakarta Undercover 2 milik teman saya. Dan wow ternyata isinya sangat mengejutkan. Fenomena kehidupan malam di Jakarta tahun 2003. Sebenarnya realita tersebut tidak hanya terjadi di malam hari saja, namun memang kebanyakan kehidupan bebas dan remang-remang itu identik dengan waktu malam. Buku yang terbit pada tahun 2003 ini ditulis oleh Moammar Emka yang merupakan kelanjutan dari Jakarta Undercover 1.
Buku ini berisi liputan khusus sang penulis dengan banyak tokoh, mulai dari PSK dan gigolo, mami-mami, serta para lelaki dan tante-tante yang haus dengan kepuasan duniawi-nya. Dengan nama pelaku dan tempat yang disamarkan, buku ini dapat membuat mata dan hati terbuka kita dengan realita yang ada. Pelaku tersebut tidak hanya dari kalangan pengusaha, namun public figur seperti artis terkenal serta pejabat pun ikut diceritakan dalam buku ini. Bukan hanya pribumi yang menjadi pekerjanya. Namun dari beberapa negara seperti Thailand, Filipina, Uzbeskistan, dan lain sebagainya.
Cover buku Jakarta Undercover 2 yang saya pinjem dari Cici. |
Menurut saya yang sangat menarik di buku ini yaitu bagian dimana prostitusi ini dijadikan lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Hari semakin hari penghasilan dari bisnis ini sangat meningkat hingga bisa meraup uang sekitar Rp. 12 triliun (dulu). Data tersebut diperoleh penulis dari majalah Popular, kolom Liputan Khusus, edisi Desember 1997. Juga dari buku Terence H. Hull, Endang Sulistyaningsih, dan Gavin W. Jones, Pelacuran di Indonesia, Sejarah dan Perkembangannya yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan bekerjasama dengan Ford Foundation.
Miris, bisnis ini ternyata dinilai sangat menguntungkan bagi para pelakunya karena tidak ada resesi atau pajak. Hingga membuat bisnis ini semakin berkembang. Paling-paling kalau ada pajak pun hanya untuk tempat-tempat hiburannya saja. Bagaimana bisa ada kata legalisasi bagi bisnis ini, jelas-jelas bisnis ini jauh dari nilai dan norma yang ada bagi bangsa kita. Meski pada praktiknya memang banyak yang melakukannya. Berbeda dengan Thailand, mereka melegalisasikan bisnis ini hingga mendapatkan pemasukan yang cukup besar untuk kas negaranya. Tapi bagaimana mungkin kita melegalisasikan bisnis seperti ini, hanya untuk mendapatkan kas negara dari pajak tersebut.
Yang saya pikirkan ketika membaca buku ini yaitu, dimana peran negara dan keamanannya? Apakah mereka tidak tahu, ataukah tahu tapi pura-pura tidak tahu. Dan apa mungkin prostitusi di 10 tahun kebelakang ini masih sama dengan sekarang. Berkembang ataukah berkurang. Atau mungkin penangkapan pelaku prostitusi beberapa saat yang lalu di Bandung dan Bogor melalui media online itu hanya sekilas gmbaran dari realita prostitusi yang terjadi di Indonesia. Hmm,, itulah yang jadi pertanyaan saya sampai saat ini.
Terimakasih telah berkunjung
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Silahkan tinggalkan jejaknya dengan berkomentar atau mengisi buku tamu. Dan jangan lupa untuk follow blog ini. Sering-sering datang kesini yah!
Related Posts
No comment yet
Jakarta Undercover II
Jakarta Undercover II
I'm on twitt
Popular Posts
-
Hak jawab dan hak tolak wartawan adalah salah satu kewajiban yang dimiliki oleh wartawan atau seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya d...
-
Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syrcuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu dip...
-
Menjadi wartawan di media online itu sangat mudah. Asalkan kita memiliki 9 keterampilan di bawah ini, anda bisa menjadi seorang wartawan di...
-
Siapa sih yang gak kenal sama Gramedia dan Palasari. Untuk para pencinta buku khususnya di Bandung, rasanya kebangetan deh kalo gak kenal s...
-
Bagian depan CIC yang biasa digunakan untuk lokasi parkir CIC, sebuah tempat wisata yang berada di wilayah Bandung ini memang sudah l...
Add your comment below